Tetesan darah jihad kalian begitu berharga, jauh lebih berharga dibanding tumpukan harta dunia. Tak ada lagi kesibukan pagi menyiapkan buku dan peralatan sekolah lainnya. Yang ada hanyalah berdiri berani didepan kokohnya besibesi berjalan itu, dengan orangorang yang tanpa nurani menembaki kalian yang masih bersih. Kalian berjibaku di pagi itu, dengan beberapa bongkah batu ditangan. Raut muka berani kalian tak jarang membuat prajurit bersenjata lengkap itu mundur, dan tanktank penghancur itu memutar arah. Aku, jujur saja belum bisa seperti kalian. Hanya mampu terisak, melihat kalian bertaruh nyawa di tanah yang memang adalah hak kalian. Sudah menjadi pemandangan seharihari, ketika teman seperjuangan kalian tertembak dan mengangkatnya menuju ambulans yang datang menjemput. Kalian adalah anakanak surga, anakanak syuhada, anakanak pengukir sejarah dengan darah. Aku tak habis pikir dengan apa yang terjadi di dunia ini. Mengapa umat muslim di seluruh dunia diam, melihat saudarasaudara mereka berjuang sendiri memerangi zionis keparat itu. Andai aku bisa, aku ingin berbaris dititik terdepan bersama kalian, wahai saudara sejatiku.